Select Page

  Kontan

Download KONTAN Daily Ancaman sebagai Motivator

oleh Jennie M. Xue

Ketika komputer Apple belum menyentuh pasar, komputer-komputer berbasis Windows alias PC masih alon-alon asal kelakon. Para produsen PC tidak merasa urgen untuk terus-menerus berinovasi. Bahkan perkenalan fitur-fitur baru dilakukan dalam ukuran tahun, bukan bulan ataupun minggu bahkan hari seperti sekarang. Dalam analisis SWOT, produk-produk kompetitor merupakan “ancaman” alias “threat.” 

Setiap ancaman merupakan kesempatan untuk memperbaiki diri, berinovasi, dan menjadi jauh lebih baik daripada hari kemarin. Setiap ancaman merupakan guru yang mengajarkan kita untuk lebih mawas diri dan membekali diri dengan berbagai ketrampilan dan keahlian yang bisa memperbaiki produk maupun manajemen bisnis yang bersangkutan. Dalam kerangka positive thinking, setiap ancaman bukan sesuatu yang perlu ditakuti.

Setiap ancaman merupakan kesempatan untuk memacu dan memotivasi diri. Setiap ancaman merupakan merupakan kesempatan untuk mengoptimalkan research and development guna melahirkan inovasi-inovasi baru. Setiap ancaman merupakan kesempatan untuk memenangkan pertarungan dalam menghadapi kompetitor-kompetitor.

Definisi-definisi entrepreneurship sendiri telah bergerak dari yang sangat kuantitatif hingga versi yang sangat “sosial” seperti social entrepreneurship. Versi ini tidak mengutamakan ROI, namun memperhatikan fungsi sosial bagi komunitas, masyarakat, dan sesama. Dengan definisi ini, maka “inovasi” yang merupakan “saudara kembar” entrepreneurship. Ini juga membuatnya semakin fleksibel dan tidak semata-mata merupakan sarana untuk mencapai ROI setinggi mungkin.

Inovasi merupakan respon dari “ancaman” sehingga berfungsi sebagai motivator dalam perkembangan bisnis. Semakin jelas “ancaman” dari kompetitor, semakin besar pula perannya dalam mendorong semangat berinovasi. 

Mungkin definisi entrepreneurship yang lebih fleksibel adalah “usaha dan keyakinan dalam mengejar kesempatan tanpa meragukan sumber daya yang dikuasainya maupun tidak.” Para usahawan sejati memperhitungkan dan berani mengambil resiko dengan baik tanpa ragu. Ini berarti mereka juga memperhitungkan efek-efek dari inovasi yang sudah maupun belum dihasilkan. 

Selain “ancaman,” ada juga elemen-elemen lain yang memotivasi seorang wirausahawan dalam berbisnis. Idealnya, kelebihan-kelebihan pribadi dan institusional yang dimilikinya merupakan unsur motivator yang tinggi. Inovasi bisa secara alami menjadi hasil dari perkawinan kelebihan-kelebihan pribadi dengan yang institusional.

Produk pelumas WD40 dan kertas berstiker Post-It, misalnya, dirancang untuk fungsi yang berbeda. Kegagalan visi awal ternyata memberi berkat dengan fungsi yang sekarang sangat populer. Ini merupakan bentuk-bentuk inovasi yang “tidak inovatif” ternyata “sangat inovatif” hasil akhirnya bahkan menjadi sangat populer di seluruh dunia. 

Andrie Wongso dan istri Lenny Wongso yang dulu dikenal sebagai pengusaha kartu-kartu ucapan Harvest menikmati sukses besar semasa dunia analog dan kirim-mengirim ucapan via pos masih ngetren. Namun seiring perkembangan teknologi HP dan Internet, maka kartu-kartu ucapan semakin sulit terjual. Perkembangan digitalisasi berbagai segi kehidupan dan komunikasi “memaksa” Harvest untuk bergulir dari gaya analog ke gaya digital. 

Kini, dengan berbagai produk terbitan buku, CD, DVD, serta program-program motivasi dan inspirasi bisnis yang merupakan bentuk-bentuk kekayaan intelektual, Andrie Wongso menjelma menjadi seorang motivator dan trainer tangguh yang menggunakan gabungan dunia analog dengan dunia digital. Ini adalah bentuk inovasi juga yang lahir dari adanya “ancaman” perubahan kebiasaan konsumen. 

Amazon.com yang memimpin revolusi buku-buku elektronik kini membentuk kebiasaan baru dalam berbelanja buku. Kini para penerbit buku cetak semakin merambah dunia ebook dengan naskah-naskah yang lebih pendek dan diformat khusus untuk dibaca dengan nyaman dengan menggunakan tablet maupun Kindle reader. “Ancaman” konsumen yang lebih suka berkutet dengan komputer tablet mereka merupakan kesempatan bagi para penerbit buku untuk berinovasi thinking outside-the-box dengan berbagai proses digitalisasi. 

Singkat kata, ada berbagai cara untuk berinovasi dan berbagai alasan untuk meniti tangga sukses dalam bisnis. Salah satu yang cukup efektif dalam mendorong berinovasi adalah dengan menyadarinya “ancaman” alias “threat” dari luar. Bentuknya termasuk: perubahan kebiasaan konsumen, inovasi kompetitor, produk-produk substitusi yang serupa namun tidak persis, serta perubahan-perubahan iklim bisnis dan iklim politik.

“Ancaman” adalah partner kita dalam sukses dan berinovasi. Undanglah “ancaman” dengan terbuka dan kesiapan.[]

KONTAN Daily, Jumat 17 Januari 2014

Pin It on Pinterest

Share This