Select Page

KONTAN Daily 7 Dec 2012

Download KONTAN Daily Analisis Strategis dan Efektif

oleh Jennie S. Bev

Seorang
manager mempunyai makna bagi organisasi dan subordinat apabila ia mempunyai kemampuan
menganalisa yang strategis dan efektif. Ini artinya ia mempunyai keahlian (skill) metodologi dan kognitif yang
memadai serta dibarengi dengan kemampuan memilah-milahkan data set yang sahih
dan reliable. Dalam era serba instan dan global ini, ketepatan dan kecepatan
serta rendah biaya merupakan kunci keberhasilan.

“Strategi”
sendiri mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang. Strategi bisnis yang
dianggap “baik” adalah strategi yang menghasilkan peningkatan, baik bottom line maupun kualitas. Strategi
sendiri sesungguhnya adalah bagaimana menempatkan competitive advantage secara
unik dan original di pasar sehingga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
kompetitor.

Strategic planning process sendiri bisa dibedakan
dalam beberapa kontinuum: ruang lingkup organisasi dan aktivitasnya, menemukan
aktivitas yang sesuai dalam lingkungan organisasi, menemukan kesesuaian
aktivitas dalam organisasi dengan kapasitas sumber daya, menerapkan perubahan
di dalam organisasi, mengalokasikan sumber daya perusahaan, mempengaruhi
strategi dengan nilai-nilai, ekspektasi, dan tujuan, dan mengenali arah
organisasi dalam jangka panjang. Seorang manager sadar akan proses yang perlu
dijalankan terlepas dari level manajerialnya.

Dari
segi jenis keputusan, para manajerial perlu membedakan antara
keputusan-keputusan strategis, taktis, dan operasional. Keputusan strategis
memberikan framework dan lingkungan bagi keputusan-keputusan taktis yang
dijalankan mid-level management. Keputusan strategis mempunyai efek langsung yang
menentukan keberhasilan dan kegagalan, walaupun sering kali kurang disadari.
Keputusan operasional paling berdampak terhadap hubungan dengan customer dan
stakeholders lainnya. Keputusan operasional juga paling berstruktur dan jelas action-to-do-nya. 

Baik
strategis, taktis dan operasional, output suatu analisis semestinya actionable (bisa diterapkan, tidak hanya
dalam bentuk slogan maupun ide), berorientasi ke masa depan, dan mampu untuk
menelurkan lingkungan yang kondusif terhadap perkembangan strategi-strategi
berikutnya. Orientasi ke masa depan mungkin paling sering diabaikan, mengingat
short-term gain sudah menjadi kultur yang menjadi momok.

Efektivitas
suatu analisis ditentukan oleh kualitas pembuat keputusan lengkap dengan multi
inteligensianya serta soft skills, kemampuan
memahami framework analisa, kemampuan
menganalisa, dan kemampuan memahami kebutuhan akan pentingnya analisis yang
efektif. Untuk yang terakhir ini, beberapa alasan penting dalam kerangka
persaingan bisa diidentifikasikan: globalisasi, ekonomi pengetahuan (knowledge economy), daya akselerasi
dalam menggunakan benchmark dari success stories untuk mengejar tren, dan
daya problem-solving yang mengikuti
derap akselerasi pasar dan lingkungan serta mengikuti tingkat kompleksitas yang
menanjak. 

Tiga
hal yang ditekankan dalam Analysis
without Paralysis
oleh Babette Bensoussan dan Craig Fleisher dalam
menelurkan analisis yang baik adalah: pemahaman akan lingkungan bisnis
(politik, legal, sosial, makroekonomi, mikroekonomi), pemahaman akan industri,
dan pemahaman akan organisasi. Ini tentu erat berkaitan dengan pengalaman, data
set yang sahih, dan penggunaan teknik-teknik analisa yang sesuai dan dengan
cara-cara yang benar.

Untuk
itu, seorang manager perlu mengenali hambatan-hambatan pengambilan keputusan
dan ketika melakukan analisis: keterbatasan waktu yang sering kali memacu tanpa
memberi ampun, keambiguan situasi-situasi tertentu, bias-bias yang tidak
teridenfikasi, kesalahan hipotesis, oversimplifikasi permasalahan, kurang
tepatnya penggunaan korelasi dengan kausalitas, dan data set yang telah
diproses sebelumnya tanpa filtrasi yang bisa diidentifikasi. 

Sebagai  seorang manager, beberapa instrumen analisis
yang perlu dikuasai adalah Boston Consulting Group matrix, competitor analysis,
financial ratio and statement analysis, five forces industry analysis, issue
analysis, political risk analysis, scenario analysis, macroenvironmental
analysis, SWOT analysis, dan value chain analysis. Bagi strategic decision
makers, mungkin mengenali tanda-tanda asset-class
bubble
juga akan sangat bermanfaat, mengingat momentum.

Pengajar
Yale University dan global equity
investor
Vikram Mansharamani dalam bukunya Boombustology: Spotting Financial Bubbles before They Burst
mengemukakan teori bahwa bubble
ekonomi bisa teridentifikasi dengan menggunakan lima lensa multidisipliner:
makroekonomi, mikroekonomi, politik, psikologi, dan biologi. Setiap variable
utama dalam setiap lensa yang digabungkan maka akan dengan mudah mendeteksi financial bubble.

Indikator-indikator
“kasar” pun bisa dengan mudah terbaca dari tingkat pengeluaran ekstra untuk
barang-barang mewah yang dibeli dengan auction, seperti lukisan-lukisan masterpiece, serta dari pembangunan
proyek-proyek mercusuar seperti hotel termahal di dunia yang Burj Al-Arab di
Dubai dan gedung Petronas di Kuala Lumpur.

Kemampuan “membaca” dan “mengenali”
indikator-indikator ekonomi dan politik serta penguasaan instrumen-instrumen
analisis penting dalam menentukan growth
perusahaan maupun business unit serta
memperpanjang shelf life. []

KONTAN DAILY, 7 Desember 2012

Pin It on Pinterest

Share This