[Download PDF KONTAN WEEKLY Ambisius Namun Damai]
oleh Jennie M. Xue
Setiap pebisnis sukses pasti ambisius, terlepas dari tingkatannya. Namun tidak banyak pebisnis yang berperilaku dan berpola pikir damai. Bahkan cukup banyak yang “tidak memperdulikan” berbagai bentuk kedamaian dan positivitas.
Idealnya, seorang pebisnis itu ambisius namun damai. “Pebisnis” di sini harap diartikan luas, tidak hanya sebagai pemilik bisnis atau eksekutif manajemen. Bisa saja pegawai, mahasiswa, maupun pemilik usaha kecil dan menengah.
Bagi penulis, “pebisnis damai” bukanlah oxymoron atau contradiction in terminis. Ini adalah istilah yang mencerahkan dan membangkitkan motivasi dan inspirasi kerja. Serta membangun sinergi antar pebisnis dan perusahaan.
Intinya adalah dengan mengelola pola pikir (mindset) agar mengenali berbagai karakteristik. Setelah dikenali, dipahami luar dalam, dan dieksekusi dengan kesungguhan hati dan pikiran.
Ingat, setiap bisnis adalah anak pikiran manusia. Jadi, manusia-manusia yang ambisius dan damai berpotensi besar dalam membangun ekonomi makro yang sehat dan berkesinambungan (sustainable).
Selain itu, mereka punya andil besar dalam membangun hubungan antarmanusia yang saling melengkapi secara sinergi, bukan berkompetisi tidak karuan bahkan dengan semangat “hostile takeover.”
Jim Collins pakar kepemimpinan yang dikenal dengan buku best-sellernya Good to Great: Why Some Companies Make the Leap…and Others Don’t, menggunakan istilah “Level 5 Leader.”
Seorang pemimpin yang telah mencapai tingkat 5 mempunyai karakteristik yang ambisius namun damai: humility, will, ferocious resolve, dan give credit to others while blame themselves.
Apa itu “humility”? Rendah hati? Benar, namun dalam konteks pebisnis dan ambisi, sehingga “rendah hati” di sini bukan berarti tidak mengenal visi ambisi sehingga apapun sehingga apapun yang kelihatannya “rendah hati” dihalalkan.
Humility di sini artinya mau dan senang belajar dari siapapun, termasuk kesalahan diri sendiri, anak buah dan kompetitor. Seorang pebisnis arogan pastinya “tidak mau belajar dari siapapun” dan “merasa benar sendiri.” Setiap hari adalah kesempatan emas untuk belajar.
Apa itu “will”? Keinginan yang sungguh-sungguh alias sepenuh hati dan pikiran. Tidak cukup hanya mempunyai keinginan belaka. Banyak bermimpi, baikkah? Baik, namun harus diimbangi dengan eksekusi sepadan dan dimotori oleh spirit yang dalam. “Sepenuh hati dan pikiran,” tidak hanya “sepenuh hati.”
“Ferocious resolve” merupakan istilah yang mengacu kepada kemampuan manusia untuk bertahan hidup dalam evolusi yang telah berlangsung ribuan tahun. Berjuang habis-habisan.
Ketika ada keraguan, carilah titik-titik yang memberikan motivasi. Fokuslah ke sana, sehingga Anda mempunyai tenaga dan kemampuan ekstra untuk bertahan dan menyelesaikan masalah.
Elemen terakhir adalah keikhlasan memberi kredit kepada subordinat dan anggota tim ketika sukses dan menerima pukulan ketika kalah. Hindari menjadi pemimpin yang gila kredit dan mengambil kredit milik orang lain.
Jadilah “pelindung” ketika anggota tim mengalami kekalahan, jangan salahkan mereka lagi, karena semestinya mereka menyadari apa yang terjadi. Kebesaran hati seorang pemimpin sangat menentukan bagaimana tim bekerja dan kualitas hasil akhir.
Seorang ambisius sangat memperhatikan gol dan target. Ia juga kenal betul berbagai pendekatan yang perlu dijalankan dalam memimpin dan mengarahkan tim bisnis. Rasa damai bisa dibentuk dalam memimpin dengan tekad, rendah hati, keteguhan hati dan pikiran, serta berjuang sepenuhnya.
Rasa damai ini perlu dilatih setiap hari dengan selalu mengembalikan pikiran-pikiran kepada kerangka “damai.” Ketika ada hal-hal yang “menantang diri,” pelajari apa masalahnya dan dengan rendah hati bertanyalah.
Ketika dunia bisnis terasa keras dan mengikis semangat, kembalilah kepada rel tempat berpijak. Sadari bahwa dunia ini terus bergulir. Setiap kesulitan pasti bisa diatasi dengan semangat sepenuh hati dan pikiran.
Ketiga muncul rasa ragu, gunakan kerangka berpikir yang kuat namun fleksibel. Setiap ada masalah, maka kompromi dan negosiasi perlu dijalankan. Namun tidak perlu hingga mengikis inti keberadaan. Ini memerlukan act of balancing yang tepat dan matang.
Akhir kata, ketika berjaya, kenali bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Termasuk juga seorang pebisnis dan manajer tangguh. Berterima kasih kepada tim dengan memberi kredit dan reward akan sangat membantu di masa depan.
Ingatlah bahwa setiap saat, evolusi selalu bergulir. Hanya yang tetap bertahan yang akan mampu bertumbuh kembang dan menjadi dewasa. Termasuk bisnis Anda. []
KONTAN WEEKLY, 22 – 28 Mei 2017