
(Photo by Sean Gallup/Getty Images)
[Download PDF KONTAN DAILY Alasan Alibaba Gagal di Pasar AS]
oleh Jennie M. Xue
Di China, Alibaba punya 636 juta konsumen aktif terhitung Desember 2018. Jumlah ini dua kali lipat penduduk AS dan hampir tiga kali lipat penduduk Indonesia. Angka yang fantastis untuk sebuah platform e-commerce.
Namun nama ini tidak begitu dikenal oleh publik AS yang lebih tergila-gila Amazon dan eBay. Padahal Alibaba Group telah melakukan IPO di NYSE AS di tahun 2014 yang menghasilkan dana segar USD 25 miliar.
Ini adalah IPO terbesar sepanjang sejarah NYSE. Dan mencetak sejarah Jack Ma sebagai orang terkaya se-China. Satu tahun kemudian, situs e-commerce Alibaba versi AS ditutup. Tampaknya mereka sangat sulit bersaing dengan mature market AS.
Kini, strategi Alibaba di AS telah berubah haluan. Tidak lagi fokus ke konsumen AS, namun ke bisnis-bisnis di AS untuk membidik pasar China sebagai bagian dari jaringan ekspor. Sebagai contoh, para petani apel Washington dan cranberry menggunakan platform ini untuk ekspor buah-buahan.
Di tahun 2017, Jack Ma menegaskan kepada Presiden Donald Trump untuk mengajak bisnis-bisnis kecil menggunakan platform Alibaba dalam memasuki pasar China. Jadi, “perang dagang” diubah menjadi “partnership dagang,” karena AS bukan hanya merupakan pasar konsumsi yang hebat namun juga merupakan produsen produk-produk khas yang tidak tergantikan.
E-commerce marketplace Alibaba bernama Tmall.com sangat populer di antara merek-merek ternama asal AS seperti Urban Outfitters, Nike, dan Guess. Bisnis-bisnis kecil menjanjikan seperti Emily’s Chocolates and Nuts in Seattle dan tas tangan Welden di Connecticut juga menggunakan Tmall ini. Jadilah marketplace ini sebagai equalizing playing field untuk meretas pasar China dalam sekejap.
Dibalik kerja sama dagang ciamik dengan Tmall.com, marketplace milik Alibaba lainnya bernama Taobao.com diawasi oleh pemerintah AS mengingat produk-produk yang dijual termasuk barang-barang bermerek palsu alias KW. Alibaba sendiri telah merambah ke seluruh pelosok dunia, termasuk Asia dengan Lazada-nya.
Jadi, dapat disimpulkan kegagalan penetrasi pasar Alibaba ke AS karena 5 alasan utama.
Satu, pasar AS bermaturitas tinggi.
Konsumen sudah sangat nyaman berbelanja dengan “one click” di Amazon dan eBay yang penuh produk-produk unik used dan new. Sepanjang Alibaba Group tidak memberi kenyamanan ekstra, kebiasaan mendarah daging agak sulit diubah.
Dua, pengawasan pemerintah.
Pengawasan pemerintah AS akan produk-produk counterfeit alias KW sangat ketat. Tidak mudah bagi para pedagang asal China yang kurang jujur untuk mencapai pasar AS.
Tiga, pasar China yang super luas.
Dengan 600 juta konsumen aktif China, jadilah pasar AS tidak begitu menarik di mata para pebisnis. Jago kandang di China saja sudah lebih dari cukup. Jika bisa menembus AS, tentu baik, namun ini bukan prioritas.
Empat, perang dagang antara AS dengan China.
Berbagai regulasi yang memproteksi pedagang dan konsumen AS diterapkan sejak era Presiden Donald Trump. Para pedagang China tidak lagi dapat mempenetrasi pasar AS dengan sangat leluasa. Ada berbagai rambu yang membatasi pergerakan.
Lima, Alibaba telah menjadi “ekonomi” tersendiri, bukan sekedar perusahaan e-commerce.
Dengan branching out ke cloud computing, electronic payment, news media dan film, dan angkutan logistik, berbagai penetrasi ke seluruh penjuru mata angin sebenarnya telah dilakukan melalui anak-anak perusahaan.
Dengan fakta bahwa Alibaba dapat mengeruk profit raksasa tanpa mengandalkan pasar AS sebenarnya merupakan sesuatu banget karena ini membuktikan bahwa Silicon Valley tidak lagi mempunyai monopoli atas e-commerce dan dunia maya. Sepanjang pasar lokal siap dan sustainable, tidak lagi perlu berbagai alasan untuk “gagal.”
Di era dunia maya ini, tidak ada lagi kata “gagal.” Yang ada adalah kesiapan strategi dan kemampuan deliveri produk dan jasa berkualitas premium. “Deliveri” ini termasuk juga UI/UX yang nyaman, seperti keberhasilan Amazon dengan “one-click” buying yang telah dipatenkannya. Selamat bereksperimen di dunia e-commerce, sahabat! Salam sukses.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 15 Maret 2019