Select Page

Speed of Lights 1500x1000

Kontan Logo

KONTAN Weekly Akselerasi dan Velositas Bisnis

oleh Jennie M. Xue

Para pebisnis sukses mengandalkan inovasi dan momentum untuk mengakselerasi laju velositas pertumbuhan. Para pemimpin besar juga mengandalkan variabel-variabel serupa. Apa saja yang dibutuhkan?

Para selebritas bisnis seperti Elon Musk (PayPal, Tesla, SpaceX), Michelle Phan (bintang YouTube yang kini menjadi pendiri perusahaan kosmetika), Astro Teller (Google X), Andrew Mason (Groupon), dan contoh-contoh klasik lainnya mengenal betul apa yang disebut sebagai “smartcut.”

Istilah ini diciptakan oleh Shane Snow penulis buku Smartcuts. “Smartcut” berasal dari dua frasa: smart dan shortcut. Cerdas dan jalan pintas. Spektrum “cerdas” apapun yang pembaca yakini, silakan digunakan, sepanjang mencerminkan kemampuan optimal dalam berkompetisi.

Defini “jalan pintas” yang penulis maksudkan adalah cara-cara legal dan jujur dalam berbisnis, namun merupakan “tingkungan” tajam beresiko yang perlu diambil agar terjadi akselerasi.

“Akselerasi” di sini berarti “percepatan.” “Velositas” artinya “kecepatan.” Percepatan mempunyai daya multiplikasi, sedangkan kecepatan merupakan jumlah jarak yang dicapai dalam waktu tertentu.

Kuncinya adalah “hacking” alias “terjangan” mematikan. Bagi para pemain game (gamers) dan penggemar TI, pasti kenal baik dengan istilah ini. Hacking juga berlaku di dunia bisnis dan kehidupan sehari-hari.

John D. Rockefeller membutuhkan waktu 46 tahun untuk menghasilkan USD 1 miliar. Michael Dell dalam 14 tahun. Bill Gates dalam 12 tahun. Jerry Yang dalam 4 tahun telah menghasilkan 10 figure. Pierre Omidyar (eBay) dalam 3 tahun. Andrew Mason (Groupon) dalam 2 tahun. Sangat cepat, bukan?

Para serial entrepreneur seperti Elon Musk, Barry Diller, Larry Page, Jeff Bezos, dan Ted Turner bukanlah orang yang “serba bisa.” Kelebihan mereka adalah kemampuan meng-hack dunia bisnis sehingga mampu menunjukkan profesionalisme dalam waktu sesingkat mungkin. Tentu saja mereka juga didukung oleh tim yang tangguh dan sejalan dengan visi dan misi mereka.

Ini perlu disadari dan diinternalisasi agar pebisnis mampu melihat momentum yang tepat untuk bergerak sehingga terjadi lompatan berkali-kali lipat yang bersifat eksponensial.

Dunia pendidikan tinggi universitas sering kali “terlalu lambat” dalam mengikuti perkembangan dunia teknologi dan bisnis. Bisa dimengerti para venture capitalists (VC) lebih menghargai pengalaman entrepreneur nyata daripada sekedar gelar MBA belaka.

Pertama, lateral thinking. Setiap persoalan bisa “diserang” dengan pikiran lateral, alias tidak linear (bukan garis lurus). Shane Snow memberi contoh Benjamin Franklin yang selalu ditolak tulisan-tulisannya oleh kakaknya yang editor dan penerbit New-England Courant. Maka ia gunakan nama samaran dan ternyata sangat dipuji oleh editor dan pembaca.

Ini adalah contoh “hacking” dengan “membungkam” praduga orang lain. Benjamin tidak “nrimo” dan merasa “belum berpengalaman” terlepas dari fakta ia baru berusia 16 tahun. Ia paham betul bahwa hidup perlu “di-hack” agar terjadi traksi dan akselerasi.

Kedua, failure as feedback. Setiap kegagalan kecil merupakan “feedback” akan apa yang perlu dilakukan agar bisa lebih baik daripada kemarin. Kegagalan bukanlah “titik nol” yang perlu disesali. Kegagalan merupakan feedback untuk diperbaiki.

Ini menjelaskan mengapa para pebisnis besar sering jatuh bangun namun masih saja tetap tegar dan menebar senyum di mana-mana. Mereka mempunyai mindset bahwa ini adalah bagian dari “game” alias “permainan” di dalam hidup. Ya, hidup sendiri adalah sebuah game.

Ketiga, kenali ketrampilan yang cross-over. Misalnya, Dwayne “The Rock” Johnson adalah seorang pegulat profesional yang berhasil langsung menjadi aktor ternama di Hollywood dengan film Fast and Furious. Kemampuan laganya yang alami dibutuhkan untuk film-film action, sehingga ia bisa “hack” dunia perfilman dengan kompetensi yang tidak dimiliki oleh aktor-aktor lain.

Keempat, kenali momentum dan tunggangi gelombang itu bagaikan para surfer di Bali dan Hawaii. Ride the wave like surfer dudes. Pelajari titik-titik waktu dan periode-periode di mana terjadi perubahan. Misalnya, di musim hujan, perahu karet lebih laris dibeli oleh mereka yang bertempat tinggal di daerah banjir.

Berbanggalah sebagai “hacker” bisnis.[]

KONTAN Weekly, 15-21 Desember 2014

Pin It on Pinterest

Share This