[Download PDF KONTAN Daily Adiksi Kopi Dunia]
oleh Jennie M. Xue
Dunia teradiksi kopi. Ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Kopi merupakan bisnis lukratif yang tahan banting dan semakin tinggi pamornya. Terlepas dari berbagai halangan panen akibat cuaca buruk di Brazil, Indonesia, dan negara-negara penghasil kopi lainnya di tahun ini, konsumsi kopi di dunia masih tetap tinggi.
Kini kita telah memasuki gelombang ketiga penikmat kopi elit dunia. Gelombang pertama dipelopori oleh Folgers Coffee, kedua dipimpin oleh Starbucks, dan ketiga adalah para artisan kopi.
Apa saja kesempatan-kesempatan bagi para pebisnis kopi di gelombang ketiga ini?
Industri kopi dunia bernilai USD 100 miliar per tahun di seluruh dunia. Di AS saja, nilai industri ini USD 30 miliar per tahun. Dan ekspor kopi dunia senilai USD 20 miliar. Setiap tahun, 500 miliar cangkir kopi diseduh. Para petani kopi dan keluarga mereka berjumlah 25 juta orang di seluruh dunia.
Nah, uniknya, hanya ada dua jenis kopi di dunia: Arabica dan Robusta. Arabica lebih umum dengan markeshare 70 persen dan Robusta lebih langka dengan 30 persen. Kedai kopi termasuk jenis restoran yang paling cepat pertumbuhannya: 7 persen per tahun.
Karakeristik adiktif kopi memberikan kesempatan berbisnis luar biasa. Finlandia dikenal sebagai peminum kopi per kapita terbesar di dunia. Brazil hanya menempati ranking keñ13 peminum padahal merupakan produser terbesar di dunia. AS endiri hanya menduduki ranking keñ25 sebagai peminum per kapita terbesar namun mereka merupakan negara peminum terbesar di dunia secara kolektif.
“Folgers in your cup,” demikian lantunan jingle Folgers Coffee di televisi yang membangunkan para pemirsa di pagi hari. Folgers didirikan di kota Jembatan Merah Golden Gate San Francisco di tahun 1850 yang telah diakuisisi oleh P&G di tahun 1963 dan kini menjadi subsidiarinya The Folgers Coffee Company. Folgers dikenal sebagai pionir berbagai citarasa kopi premiumnya, termasuk mocha, caramel, vanilla, dan hazelnut.
Gelombang kedua kopi elit dunia ditandai dengan Starbucks yang didirikan di Pike Place Market, Seattle, Washington di tahun 1971. Kini mereka menjual 400 juta cangkir kopi per hari di AS dan mempunyai 20.000 lokasi di 65 negara. Kombinasi minuman yang ditawarkan barista mencapai 87.000 macam. Dan mereka menggunakan 2,3 miliar cangkir kertas per tahun.
Keurig dengan k-cup buatan Mountain Green Coffee merupakan gelombang kedua kopi elit dunia bagi para pecinta coffee maker. Sekitar 7 miliar k-cup terjual per tahun. Sentuhan teknologi kopi instan dengan coffee maker serba otomatis tersebut memberikan sentuhan istimewa bagi peminum kopi di rumah.
Gelombang ketiga kopi elit dunia ditandai dengan gourmet coffee alias “kopi eksklusif” yang dijual seharga USD 6 sampai USD 7 membawa kultur lifestyle Starbuck ke tingkat lebih tinggi. Gourmet coffee menggunakan biji kopi terbaik di dunia, diukur dan diproses secara saintifik, dan dituangkan ke cangkir yang telah dipanaskan.
Stumptown Coffee Roasters, Blue Bottle Coffee, dan Intelligentsia yang ramai dipadati konsumen di New York City, San Francisco, Los Angeles, Chicago, dan Portland dikenal dengan eksklusivitasnya dan kepakarannya. Folgers dan Starbucks telah membuka kesempatan bagi kedai kopi gelombang ketiga ini.
Gourmet cofee botolan seperti Grady’s Cold Brew bergaya New Orleans dan diproduksi di Brooklyn, New York dan Stumptown Coffee bisa dibeli di supermarket eksklusif organik Whole Foods Market dan West Elm. Kuncinya adalah “eksklusivitas” dan penghargaan atas kualitas dan packaging kopi.
Sebagaimana fast foods semakin “eksklusif” dengan hamburger sekelas desainer serta gaya hidup foodie yang dipopulerkan dengan Instagram dan Facebook, gourmet coffee merupakan konsekuensi alami. Dan fitur kopi yang adiktif merupakan daya tarik tersendiri karena menjamin repeat customers.
Kesempatan bisnis bagi para pecinta kopi dan foodie semakin terbuka. Di Indonesia, Ismaya Group dan Boga Group telah membidik pasar foodie eksklusif dengan jenial dan sukses.[]
KONTAN Daily, Jumat 16 Oktober 2015