Select Page

puzzle-450

Kontan Logo

[Download PDF KONTAN WEEKLY ADHD atau Multipotensi]

oleh Jennie M. Xue

Dalam artikel terdahulu berjudul “Melek Kesehatan Mental dan Psikis” (KONTAN Daily, 30 Oktober 2015), penulis mendeskripsikan ciri-ciri mereka yang mempunyai kondisi ADD dan ADHD (Attention Deficit Disorder dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Di AS, sekitar 4 hingga 5 persen orang dewasa dan 60 persen anak-anak berkondisi ADD/ADHD.

Dikutip dari artikel penulis di atas, “ADD dan ADHD ditandai dengan “tidak bisa diam” alias bicara terus, bergerak terus, ganti-ganti topik pembicaraan terus, dan sering berganti pikiran. Banyak hal dilakukannya secara spontan tanpa pertimbangan matang. Bahkan berganti pikiran secara tiba-tiba setelah lama direncanakan. Dalam bisnis dan komunikasi, individu ber-ADD/ADHD cukup mengganggu dan memerlukan terapi profesional.”

Dalam artikel kali ini, penulis ingin membahas perbedaan ADD/ADHD dan multipotensi. Jika anggota tim Anda mempunyai ciri-ciri ADD/ADHD, maka sebaiknya ditangani dengan terapi psikologi profesional agar bisa kembali berkarya dan berguna bagi tim, tempat kerja, dan masyarakat.

Namun, jika ternyata anggota tim Anda mempunyai multipotensi, maka ini adalah berkat luar biasa yang sebaiknya diasah dengan baik sehingga optimalisasi inovasi bisa dicapai. Seorang multipotensi yang dibarengi dengan IQ yang tinggi, bisa jadi adalah seorang jenius atau above average person yang mempunyai daya ubah sebagai agent of change yang sangat baik. Tentu saja, dengan asumsi kedewasaan emosional (EQ) yang dimiliki juga baik.

Seseorang yang mempunyai kondisi ADD/ADHD bukanlah seseorang yang mempunyai intelek rendah atau low IQ, namun cara otaknya bekerja berbeda, sehingga kemampuan belajar dan berkonsentrasi juga berbeda daripada orang kebanyakan. Perhatikan penulis gunakan istilah “berbeda,” bukan “lebih buruk/rendah.” Cukup banyak mereka yang berkondisi demikian yang sukses dalam hidup dan karir, karena mereka mengelolanya dengan baik.

Apabila seorang anggota tim Anda banyak melakukan kesalahan yang berhubungan dengan salah membaca, salah menyebut waktu/hari/tempat, berganti-ganti pikiran dan kemauan dalam sekejap, serta berganti-ganti aktivitas pada saat ia perlu konsentrasi penuh akan satu hal, maka ia mempunyai kerja otak seseorang yang berkondisi ADD.

Anda pasti pernah menemukan seseorang yang baru membaca satu halaman saja sudah lelah dan ia sering kali melakukan berbagai hal bersamaan seperti mengetik pesan teks di smartphone namun belum selesai, sudah ditinggal dan ia menjawab email atau menelpon sambil makan siang. Makan siangnya pun ditinggal dan telpon dihentikan, padahal teks di smartphone juga masih belum selesai. Ketika ditanya jam berapa, ia menjawab “jam 5 lewat 10 menit” padahal yang sebenarnya adalah “jam 10 lewat 5 menit.” Ini adalah ciri-ciri seseorang berkondisi ADD.

Menurut para pakar psikologi, “layar monitor” otak mereka tidak satu, namun beberapa, sehingga ketika semua kanal menyala bak acara televisi, ia perlu pindah-pindah kanal. Akibatnya, tidak satu pun “acara televisi” yang selesai dari awal hingga akhir. Sedangkan yang tidak berkondisi ADD biasanya hanya punya satu “layar monitor” di otaknya, sehingga apa yang tampak di layar, itulah yang dikerjakan hingga selesai.

Seorang multipotensi (MP) berbeda dari seorang berkondisi ADD/ADHD. Seorang MP mempunyai beberapa minat yang sama besarnya, bahkan ia dalami dengan serius hingga tingkat mahir. Seorang MP sering kali distigma mempunyai kondisi ADD/ADHD, padahal ini sangat berbeda.   

Seseorang dengan kondisi ADD/ADHD tidak bisa berkonsentrasi untuk jangka waktu cukup lama, seperti beberapa jam, tanpa merasa gelisah dan berpindah aktivitas. Tidak bisa diam, istilahnya.

Seorang berkondisi ADD/ADHD sulit berada dalam kondisi “flow,” suatu istilah Psikologi Positif di mana kita “mengalir” dalam suatu aktivitas secara mendalam tanpa perduli waktu dan sekitar. Tidak bisa “khusyuk,” istilah awamnya.

Sedangkan seorang MP bisa sangat menekuni sesuatu dengan sangat fokus hingga ia lupa waktu dan lupa makan. Namun ia punya beberapa minat yang sama dalamnya. Misalnya, seorang pebisnis yang juga pandai memainkan alat musik, pandai menulis, dan juga dikenal sebagai komposer.

Nah, ketika Anda dihadapkan dengan seorang anggota tim atau anggota keluarga, kenali apakah ia berkondisi ADD/ADHD atau seorang MP? Semakin Anda melek akan kondisi mental dan psikis seseorang, semakin baik Anda mengelola tim. The right person at the right place.[]

KONTAN WEEKLY, 15-21 Februari 2016

Pin It on Pinterest

Share This